Ponorogo – Perjuangan Mohamad Arief Fatkhurrohman untuk masa depan anaknya berbuah manis. Meski setiap hari harus bekerja keras sebagai driver ojek online, semangatnya bersama sang istri, Debby Humaira Permatasari, tak pernah padam untuk mendukung pendidikan anak-anak mereka.

Motor tua menjadi satu-satunya kendaraan keluarga sekaligus saksi perjuangan Arief menempuh jalanan Ponorogo. Dari penghasilan pas-pasan itulah, Arief tetap menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama.

Buah dari doa dan kerja keras itu pun terwujud. Putri kedua mereka, Afani Naura Fatkhurrohman, berhasil meraih Beasiswa Dokter Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

“Yang jelas ini doa kami yang tembus di langit. Sangat membanggakan sekali, tidak pernah menyangka anak kami bisa sampai di titik ini,” ungkap Arief, Rabu (24/9/2025).

Sejak kecil, Afani sudah bercita-cita menjadi dokter. Meskipun kondisi ekonomi keluarga terbatas, ia tetap disiplin. Afani terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah tanpa disuruh, belajar sebelum bermain, dan tidak larut dengan gadget seperti remaja pada umumnya.

Menurut sang ibu, kebiasaan itu membuat Afani semakin fokus mengejar impiannya. “Kami selalu bilang ke anak-anak, prioritas mereka saat ini adalah belajar. Karena ilmu itu kemuliaannya bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Sebagai orangtua, saya dan istri berjuang di bidang ekonomi, sementara anak-anak berjuang di pendidikan. Itu komitmen keluarga kami,” kata Arief.

Keberhasilan Afani menembus Fakultas Kedokteran UMY melalui jalur beasiswa menjadi kebanggaan sekaligus kejutan bagi keluarga besar. Mereka paham betapa mahalnya kuliah kedokteran. Namun, ketika kesempatan itu datang, Arief dan Debby hanya bisa bersyukur.

Meski penuh rasa syukur, pasangan ini tetap memberikan pesan penting kepada Afani. Mereka ingin putrinya menjaga semangat hingga lulus dan menjadi dokter berintegritas.

“Saya selalu tekankan kepada anak-anak, belajar itu mahalnya dapat, ilmunya pun dapat. Jadi kemuliaannya bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Kalau tidak ‘panen’ sekarang, nanti pasti akan ‘panen’. Ilmu yang dimiliki, entah dipakai untuk bekerja atau tidak, akan membuat mereka lebih mampu menghadapi berbagai persoalan hidup,” pungkas Arief.